Sabtu 22/03/14. 21:00 Wib
Reporter : Dicko
Kegiatan yang dilaksanakan pada malam hari itu, sangat mengundang perhatian warga setempat, terhadap para peserta tarung bebas yang berasal dari kaalangan santri ponpes Zaha Genggong dan seluruh anggota dunia persilatan dari luar Kabupaten Probolinggo, diantaranya dari Pasuruan, Jokja, Banyuwangi dan Jember.
Tarung bebas sudah menjadi tradisi warga Nahdlatul Ulama di Probolinggo, Jawa Timur. Layaknya tinju bebas, peserta saling baku hantam tanpa pelindung, namun tidak ada dendam. Peserta saling baku hantam di atas arena. Dilengkapi dengan ring se tinggi 2 meter, dan para pendekar jawa timur yang menjadi wasitnya, pertarungan satu lawan satu ini menjadi lebih menarik.
“Diatas ring adalah lawan, namun dibawah ring menjadi teman,” kata ketua pagar nusa Jatim H.Faidol Mannan saat memimpin kegiatan tersebut.
Menurutnya, para petarung tidak menggunakan body protector ataupun head protector, menariknya lagi, sasaran serangan bebas sebebas-bebasnya. hanya ada 2 aturan dalam pertarungan ini, pertama,tidak boleh menggunakan senjata, hanya dengan tangan kosong. Kedua, lawan harus se imbang. Wasit yang menentukan imbang tidaknya petarung, dan wasit juga yang menentukan kapan pertarungan di hentikan. Acara ini hingga saat ini masih sering digelar.
“Namun untuk penikmat saja yang cuma ingin menonton pertarungan ini tanpa ada rasa takut untuk berdarah-darah, ada satu solusi yang kami berikan untuk gamer semua. Yaitu bermain game pertarungan juga dimana setiap pemain tersebut memiliki seni bela diri masing-masing yang tertuang dalam karakter yang ada pada games,” terangnya.(Dc)
Reporter : Dicko
Pajarakan – Merupakan sebuah agenda setiap tahunnya, yaitu
digelarnya tarung bebas tepatnya dihalaman Pondok Pesantren Zainul Hasan
Genggong Kecamatan Pajarakan, Kabupaten Probolinggo, Sabtu (22/03/14).
Kegiatan tersebut diikuti oleh 200 peserta dari pagar nusa se-Jawa
Timur.
Kegiatan yang dilaksanakan pada malam hari itu, sangat mengundang perhatian warga setempat, terhadap para peserta tarung bebas yang berasal dari kaalangan santri ponpes Zaha Genggong dan seluruh anggota dunia persilatan dari luar Kabupaten Probolinggo, diantaranya dari Pasuruan, Jokja, Banyuwangi dan Jember.
Tarung bebas sudah menjadi tradisi warga Nahdlatul Ulama di Probolinggo, Jawa Timur. Layaknya tinju bebas, peserta saling baku hantam tanpa pelindung, namun tidak ada dendam. Peserta saling baku hantam di atas arena. Dilengkapi dengan ring se tinggi 2 meter, dan para pendekar jawa timur yang menjadi wasitnya, pertarungan satu lawan satu ini menjadi lebih menarik.
“Diatas ring adalah lawan, namun dibawah ring menjadi teman,” kata ketua pagar nusa Jatim H.Faidol Mannan saat memimpin kegiatan tersebut.
Menurutnya, para petarung tidak menggunakan body protector ataupun head protector, menariknya lagi, sasaran serangan bebas sebebas-bebasnya. hanya ada 2 aturan dalam pertarungan ini, pertama,tidak boleh menggunakan senjata, hanya dengan tangan kosong. Kedua, lawan harus se imbang. Wasit yang menentukan imbang tidaknya petarung, dan wasit juga yang menentukan kapan pertarungan di hentikan. Acara ini hingga saat ini masih sering digelar.
“Namun untuk penikmat saja yang cuma ingin menonton pertarungan ini tanpa ada rasa takut untuk berdarah-darah, ada satu solusi yang kami berikan untuk gamer semua. Yaitu bermain game pertarungan juga dimana setiap pemain tersebut memiliki seni bela diri masing-masing yang tertuang dalam karakter yang ada pada games,” terangnya.(Dc)
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !