BROMO FM : Sabtu 07/09/13 Pukul 11.00 Wib
Reporter : Dicko
Kraksaan – Ada banyak metode yang dilakukan oleh para Pedagang Kaki Lima (PKL) di Kabupaten Probolinggo, khususnya dikota Kraksaan. Berjualan keliling bukan suatu pekerjaan yang mudah, akan tetapi penuh dengan tantangan, dan bisa dikatakan menarik /lucu . PKL yang satu ini unik dan familiyar, dagangannya sangat digemari oleh masyarakat kota Kraksaan, siapa yang tidak mengenal nama Sutarno, si pedagang Cilot (pentolan jawa) orang menyebutnya seperti itu.
Namun itulah bisnis, sangat menarik dan unik, disaat kebayakan orang berfikir sesuatu yang biasa bahkan cenderung negatif, ternyata disitulah muncul ide yang luar biasa. Dengan sedikit kreatifitas dan keberanian, Sutarno si penjual cilot memutuskan untuk berjualan di siang hari,yang pada umumnya cilot itu lebih cocok dijual pada malam hari, tapi bagi Sutarno, itu tidak menjadi masalah, bahkan ia sengaja mengambil langkah demikian dan ternyata lebih cepet habis barang dagangannya.
Sutarno (43) pria asal dari Sukoharjo Kabupaten Solo ini sudah bisa dikatakan sukses, ia menekuni pekerjaannya sebagai PKL dengan jualan Cilot (pentol jawa)yang sudah berjalan 15 tahun lamanya, yang sebelumnya ia berjualan bakso didaerah Paiton selama lima tahun. Saat ini jualannya mulai sangat menonjol, dan dikenal dikota Kraksaan. Tempat ia berjualan setiap harinya di Jln. Diponegoro no.1 Kraksaan Kabupaten Probolinggo.
Sutarno pria yang mempunyai 2 orang anak ini mengaku, dari awal jualan cilot itu dari tahun 1998 sampai saat ini. “ Saya asli kelahiran Solo,tapi sejak usia 15 tahun saya sudah tinggal di Probolinggo ini, rumah yang saya tempati sekarang di Desa Bulu Kec Kraksaan, saya mempunyai 2 orang anak, yang satunya sekolah di SMK II Kaksaan dan yang satunya lagi masih SD,” jelasnya.
Diakui Sutarno, ia mulai start kerja dari pukul 08.00 pagi hingga pukul 13.00 siang, itupun dagangannya sudah habis. Setiap harinya ia menghabiskan daging sapi sebanyak 7-8 kg untuk pembuatan cilot. “Alhamdulillah..setiap harinya omset saya tidak jauh dari 1,5 juta rupiah. Dari hasil jualan cilot ini saya berhasil beli rumah dan bisa membiayai kedua anak saya sekolah yang sekarang sudah SMK dan SD. Sedangkan istri saya jualan jamu gendong, keliling kota Kraksaan, jelasnya.
Susi (17) siswi SMA Kraksaan, ia pelanggannya mengatakan saat ditanya Repoter Bromo fm,cilot yang dijual pak Sutarno ini emang beda dengan yang lain.” Kalau cilot yang lain yang muncul rasa tepungnya, tapi kalau cilot pak Sutarno rasanya itu dominan daging sapinya,” tuturnya.
Hal serupa diungkapkan Febri (21), “ Rasanya cilot pak Sutarno ini memang Wow..banget, rasanya itu cenderung kedaging sapinya, pokoknya beda banget,” tandasnya. (Dc)
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !