Perhutani ogah disalahkan, kebutuhan bahan baku biji kesambi 100 ton per hari tak terpenuhi
Rabu, 11/09/2013 | 11:34 WIB
PROBOLINGGO - PT
J-Cool Indonesia, perusahaan patungan Jepang-Indonesia, mangkrak tak
beroperasi karena kesulitan bahan baku. Perhutani mengelak disalahkan.
Soalnya, sejak awal Perhutani mengaku sebatas melayani PT J-Cool yang
hendak memanen sendiri buah kesambi untuk bahan baku bio-fuel.
”Saya
juga kaget, ternyata kapasitas mesin PT J-Cool itu 100 ton per hari,
padahal 3.018 hektare (HA) hutan kesambi di Probolinggo dan Situbondo
hanya menghasilkan 40 ton biji kesambi per tahun,” ujar Asisten
Administrator Perhutani KPH Probolinggo, Aki Leander di kantornya,
Selasa (10/9).
Dari ketersediaan biji kesambi,
kata Aki, jelas tidak mungkin bahan baku PT J-Cool terpenuhi. ”Bahkan
panen biji kesambi setahun yang hanya 40 ton, jauh dari cukup untuk
memenuhi kapasitas mesin yang mencapai 100 ton per hari,” ujarnya.
Disinggung
mengapa PT J-Cool buru-buru didirikan di Probolinggo sementara
ketersediaan bahan baku tidak dipertimbangkan lebih jauh, Aki mengaku
itu urusan managemen perusahaan. ”Saya tidak tahu pasti perencanaannya
seperti apa kok perusahaan yang hendak mengolah biji kesambi menjadi bio-fuel itu didirikan di Probolinggo,” ujarnya.
Yang
jelas, sekitar setahun lalu, sejumlah pengusaha Jepang sempat datang ke
kantor Perhutani KPH Probolinggo. Intinya, perusahaan memerlukan bahan
baku biji kesambi untuk bahan baku.
”Pertama
kali datang belum ada MoU (Memorandum of Understanding/Memori
Kesepahaman, Red.). Barulah belakangan ada MoU, biji kesambi dibeli Rp
100 per kilogram,” ujar Aki.
Bagi Perhutani,
hanya sebagian kecil biji kesambi itu yang dimanfaatkan untuk bibit.
”Karena itu begitu ada perusahaan Jepang yang mau beli biji kesambi,
tentu kami terima dengan tangan terbuka,” ujarnya.
Hanya
saja pihak J-Cool diminta memanen sendiri biji-biji kesambi itu di
areal Perhutani yang terbentang mulai Paiton, Kabupaten Probolinggo
hingga Banyuglugur, Situbondo. Rencananya PT J-Cool melibatkan
masyarakat di sekitar hutan untuk memanen biji-biji kesambi itu.
Belakangan PT J-Cool tidak jadi membeli biji-biji kesambi milik Perhutani itu.
Alasannya
seperti yang dikemukakan General Manager PT J-Cool Indonesia, Mahmud
Yunus karena, ternyata biji kesambi memiliki kadar air yang realtif
tinggi sehingga memerlukan proses lebih lama.“Selain itu harga biji
kesambi terlalu tinggi bagi kami, Rp 7.500 per kilogram, setelah ditawar
turun menjadi Rp 5.000,” ujarnya. Dengan harga Rp 5.000/Kg di tingkat
petani pemetik, perusahaan menilai bahan baku biji kesambi masih terlalu
tinggi. Apalagi perusahaan masih membuang kadar air pada biji kesambi.
Disinggung masalah batalnya PT J-Cool Indonesia membeli biji kesambi, Aki mengatakan, tidak ada masalah bagi Perhutani. ”Toh mereka sendiri yang datang, mau beli, kalau kemudian gak jadi beli biji kesambi ya tidak apa-apa,” ujarnya.
Jarak Pagar
Batal membeli biji kesambi, PT J-Cool Indonesia kini berencana memanfaatkan biji jarak pagar. ”Kini, kami beralih melirik jarak pagar sebagai bahan baku,” ujar GM PT J-Cool Indonesia, Mahmud Yunus.
Ternyata masalah bahan baku belum selesai, PT J-Cool Indonesia tidak memiliki lahan tanaman biji jarak. “Saya sudah survei ke Nias, NTB, hingga Gunung Kidul ternyata lahan jarak pagar sudah menyusut tajam,” ujar Yunus.
Bahkan Gunung Kidul yang pada 2008-2009 silam ditumbuhi sekitar 11 juta pohon jarak pagar, sekarang sudah nyaris habis. “Solusinya, kami harus menggandeng petani untuk menanam kembali jarak pagar,” ujar warga Kelurahan Kebonsari Kulon, Kota Probolinggo itu.
Berdasarkan catatan Surabaya Post, pada 6 Oktober 2011, PT J-Cool Indonesia lebih dulu mendaftarkan diri melalui Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Saham awal PT J-Cool Indonesia senilai 1.000.000 dollar AS terinci, 400.000 dollar AS (40%) dimiliki Naoki Kawata, 400.000 (40%) Akihiko Morita, 100.000 (10%) Katsuhito Segawa, dan 100.000 dollar AS (10%) dimiliki seorang WNI Ita Sari.
Rencana awal (saat hendak berdiri), PT J-Cool Indonesia membangun pabrik di Probolinggo dengan alasan berdekatan dengan hutan kesambi milik Perhutani KPH Probolinggo seluas sekitar 3.500 hektare. Soalnya, pabrik bakal memroses biji kesambi menjadi biofuel. Ternyata biji kesambi dinilai kurang tepat untuk bahan baku di PT J-Cool Indonesia. isa
Disinggung masalah batalnya PT J-Cool Indonesia membeli biji kesambi, Aki mengatakan, tidak ada masalah bagi Perhutani. ”Toh mereka sendiri yang datang, mau beli, kalau kemudian gak jadi beli biji kesambi ya tidak apa-apa,” ujarnya.
Jarak Pagar
Batal membeli biji kesambi, PT J-Cool Indonesia kini berencana memanfaatkan biji jarak pagar. ”Kini, kami beralih melirik jarak pagar sebagai bahan baku,” ujar GM PT J-Cool Indonesia, Mahmud Yunus.
Ternyata masalah bahan baku belum selesai, PT J-Cool Indonesia tidak memiliki lahan tanaman biji jarak. “Saya sudah survei ke Nias, NTB, hingga Gunung Kidul ternyata lahan jarak pagar sudah menyusut tajam,” ujar Yunus.
Bahkan Gunung Kidul yang pada 2008-2009 silam ditumbuhi sekitar 11 juta pohon jarak pagar, sekarang sudah nyaris habis. “Solusinya, kami harus menggandeng petani untuk menanam kembali jarak pagar,” ujar warga Kelurahan Kebonsari Kulon, Kota Probolinggo itu.
Berdasarkan catatan Surabaya Post, pada 6 Oktober 2011, PT J-Cool Indonesia lebih dulu mendaftarkan diri melalui Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Saham awal PT J-Cool Indonesia senilai 1.000.000 dollar AS terinci, 400.000 dollar AS (40%) dimiliki Naoki Kawata, 400.000 (40%) Akihiko Morita, 100.000 (10%) Katsuhito Segawa, dan 100.000 dollar AS (10%) dimiliki seorang WNI Ita Sari.
Rencana awal (saat hendak berdiri), PT J-Cool Indonesia membangun pabrik di Probolinggo dengan alasan berdekatan dengan hutan kesambi milik Perhutani KPH Probolinggo seluas sekitar 3.500 hektare. Soalnya, pabrik bakal memroses biji kesambi menjadi biofuel. Ternyata biji kesambi dinilai kurang tepat untuk bahan baku di PT J-Cool Indonesia. isa
sumber: http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=561bbcb0d09cc1da9a4873c6ed583afb&jenis=c81e728d9d4c2f636f067f89cc14862c
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !