BROMO FM : Selasa 17/09/13 Pukul 11.00 Wib
Reporter : Dicko
“Kenaikan harga bibit sesuai rumus permintaan dan penawaran di pasaran,dan meruginya petani disebabkan karena kegagalan mengeringnya 5 daun yang menjadi krosok” ungkapnya. (Dc)
Reporter : Dicko
Kraksaan - Harga
tembakau yang merangkak naik dalam kisaran Rp 25.000 hingga Rp 32.000
per kilogram belum membuat para petani meraih untung. Meskipun
sebelumnya harga tembakau masih dikisaran Rp 23.000 per kilogram.
Tingginya oprasional yang ditaggung petani akibat tambal sulam yang
dilakukan empat sampai lima kali menjadi kendala petani tembakau belum
mampu meraih untung dari hasil menanam tembakau kali ini. Ini dikatakan
Wakil Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Provinsi Jawa
Timur, H. Muzammil, Senin (17/9) saat ditemui Reporter Bromo fm.
Menurutnya, dengan perhitungan tambal sulam hingga lima kali dilakukan,
harga yang ditawarkan gudang rokok belum bisa menutupi oprasional
menanam. Sebab harga bibit tembakau perseribu bibitnya dibulan September
ini mencapai Rp 90.000 hingga 100.000. Padahal sebelumnya harga
perseribu bibit Rp 20.000.
Ditanya, tambal sulam yang dilakukan petani tembakau Proboliggo menurut
H. Muzammil hampir merata. Ia mengungkapkan, di kecamatan Pakuniran,
Paiton, Kraksaan petani tembakau lakukan tambal sulam empat sampai lima
kali. Meski begitu, kerusakan pohon tembakau masih terjadi.Selama ini,
tim APTI terus melakukan pemantauan pada kebijakan harga yang ditawarkan
perusahaan rokok. Hingga saat ini, harga Rp 25000 hingga 32.000 masih
bisa ia terima.
Seandainya tambal sulam tidak dilakukan empat sampai lima kali, serta
harga bibit masih bertahan pada Rp 20.000 seperti tahun-tahun
sebelumnya, petani bisa dipastikan masih meraih untung.“Dengan harga
tembakau Rp 23000, petani sebenarnya bisa untung bila penanaman berjalan
lancar,”jelasnya.
Terpisah,Maksum (34), Petani tembakau asal Desa Alas sumur, Kecamatan
Kraksaan mengatakan, harga tembakau Rp 25000 belum menutupi oprasional
kerugian selama melakukan penanaman.Ia mengaku melakukan tambal sulam
pohon yang rusak sebanyak empat kali. Dan pada proses tambal sulam yang
ketiga dan keempat, harga bibit sudah menembus Rp 80.000 sampai 90.000
ribu.“ Saya pasrah kalau akhirnya harus merugi dalam tanam kali ini
mas,” ungkapnya.
Sementara itu, terkait banyaknya keluhan petani tembakau dan melonjaknya
harga bibit tembakau yang mengancam penghasilan petani, Kepala Bidang
Perkebunan kehutaanan Kabupaten Probolinggo, Yulis Setyaningsih
mengatakan saat dikonfirmasi via ponsel, bahwa kenaikan bibit tembakau
karena permintaan yang cukup besar. Sedangkan persediaan menipis.“Kenaikan harga bibit sesuai rumus permintaan dan penawaran di pasaran,dan meruginya petani disebabkan karena kegagalan mengeringnya 5 daun yang menjadi krosok” ungkapnya. (Dc)
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !