BROMO FM : Jum'at 06/09/13 Pukul 13.00 Wib
Reporter : Dicko
Kraksaan - Tembakau merupakan salah satu komoditas perkebunan yang menjadi andalan di Kabupaten Probolinggo. Tidak dapat dipungkiri, perkembangan komoditas tembakau saat ini telah menjadi sarana hajat hidup bagi masyarakat khususnya di Kabupaten Probolinggo baik petani, dan para pekerja lainnya.
Akan tetapi ,beberapa minggu terakhir, hujan deras masih turun di Kabupaten Probolinggo, sehingga membuat para petani tembakau pesimis untuk melanjutkan jangka panennya, karena sampai awal bulan Agustus 2013 ini cuaca masih buruk dan hujan masih saja tetap turun. Cuaca tersebut cukup menyusahkan petani tembakau. Sebab air akan banyak tersimpan di tanah dan berbahaya bagi tanaman tembakau.
Ali Wafa asal (38) asal warga Taman Kec. Paiton , seorang petani tembakau, ia mengaku sudah mengetahui cuaca dalam beberapa bulan ke depanini dan harganyapun tidak akan mahal, ungkapnya saat ditemui Reporter Bromo fm.
Ali Wafa sendiri sudah dua kali tambal sulam tanaman tembakaunya karena mati diguyur hujan. Ia mulai menanam tembakau di pertengahan bulan Agustus 2013 lalu. Dan ia memperkirakan ada lahan tembakau Kasturi yang luasnya puluhan hektar di Kabupaten Probolinggo yang telah mengalami tambal sulam penanaman akibat tembakau yang ditanam mati setelah diguyur hujan, jelasnya.
Achmad Muzammil wakil sekretaris Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Kabupaten Probolinggo menuturkan saat diwawancarai Reporter Bromo fm diruang kerjanya Jum’at (06/09). Memasuki bulan September ini masih banyak tanaman tembakau yang masih melakukan beberapa kali tambal sulam. Dan ia memprediksi untuk kedepan ini petani tembakau akan melakukan penanaman ulang, hal itu dilakukan karena mengalami kegagalan panen tembakau pada tahap awal ini, jelasnya.
Menururt Achmad Muzammil, di daerah produktif tembakau di Kabupaten Probolinggo, seperti di Kecamatan Kotaanyar , Krejengan , Paiton , Besuk dan Pakuniran, itu harga jualnya berkisar Rp 20.000 – Rp 30.000,- per kg.
“ Harganya mengalami penurunan, dan bibitnya saat ini mengalami kenaikan, yang biasanya per seribunya hanya Rp 20.000 , sekarang berkisar Rp 60.000 hingga Rp 80.000. Kenapa begitu karena kebanyakan petani akan daur ulang penanaman tembakau,” jelas Achmad Muzammil.(Dc)
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !