BROMO FM : Kamis 12/09/13 Pukul 11.00 Wib
Reporter : Dicko
Kraksaan - Empedu
ular cobra yang bagi sebagian orang dianggap tidak memiliki manfaat,
ditangan Hariyadi alias Sentot mampu berguna sebagai obat menyembuhkan
sejumlah penyakit.
Bertemu Tabib Hariyadi alias Sentot (61) gampang-gampang susah. Sebab setiap hari, pria yang biasa dipangil Sentot ini sering menyambangi pasien yang membutuhkan pertolongannya. Tidak jarang pasien yang hendak berobat menunggu kedatangannya berjam-jam. Tapi untunglah, ketika Reporter Bromo fm berkunjung di kediamannya di Desa Semampir , Kecamatan Kraksaan, Kabupaten Probolinggo, ia berada ditempat, Kamis (12/09).
Diruang tamu rumahnya, Sentot mengungkapkan membuka praktek pengobatan alternatif sudah 13 tahun, tepatnya pada 1990. Selama menjalani pekerjaan sebagai tabib itu, ratusan pasien sudah ia sembuhkan.Pasien yang meminta bantuannya tidak hanya dari dalam dan luar daerah. Melainkan tersebar hingga ke luar negeri seperti Malaysia dan Singapura.
Berbekal pengetahuan ilmu pengobatan dari almarhum neneknya, saat ini setiap hari Sentot kedatangan dua hingga tiga pasien yang meminta bantuannya.
“Alhamdulillah, pengobatan menggunakan empedu ular cobra banyak mendapat tanggapan positif dari pasien. Bahkan empat pasien yang seharusnya diamputasi karena kencing manis sudah sembuh,” terangnya.
Untuk harga pengobatan menggunakan empedu kobra, Sentot tidak memasang tarif muluk-muluk. Bahkan jika pasien dari golongan bukan orang berada alias miskin, pihaknya tidak memungut biaya. Tapi harga rata-rata yang dipatok untuk umum Rp 50.000. Namun harga tersebut berbeda jika yang membeli orang luar negeri. Sentot mengaku mematok harga Rp 300 ribu setiap obat racikan yang mengandung satu empedu kobra.
Untuk konsumen luar negeri, Sentot mengaku tidak setiap bulan ada permintaan. Tapi setiap tahun selalu ada permintaan dalam jumlah cukup besar dari mereka.“Jumlah permintaan untuk obat yang mengandung empedu berkisar 20 buah per tahun,” paparnya.
Sedangkan untuk mendapatkan cobra, Sentot membeli dari pencari ular dari sejumlah daerah di Kabupaten Probolinggo seperti di Kecamatan Tiris, Besuk dan Krucil. Sentot membeli kobra per ekor dengan ukuran satu meter Rp 20.000. Itupun jenis kobra jantan. Untuk membedakan kobra jantan dan betina, Sentot mengaku di jidat cobra tersebut ada tanda belang. “Ular kobra yang ukurannya kurang satu meter tidak memiliki empedu. Jadi saya tidak bisa membeli,” terangnya.
Bertemu Tabib Hariyadi alias Sentot (61) gampang-gampang susah. Sebab setiap hari, pria yang biasa dipangil Sentot ini sering menyambangi pasien yang membutuhkan pertolongannya. Tidak jarang pasien yang hendak berobat menunggu kedatangannya berjam-jam. Tapi untunglah, ketika Reporter Bromo fm berkunjung di kediamannya di Desa Semampir , Kecamatan Kraksaan, Kabupaten Probolinggo, ia berada ditempat, Kamis (12/09).
Diruang tamu rumahnya, Sentot mengungkapkan membuka praktek pengobatan alternatif sudah 13 tahun, tepatnya pada 1990. Selama menjalani pekerjaan sebagai tabib itu, ratusan pasien sudah ia sembuhkan.Pasien yang meminta bantuannya tidak hanya dari dalam dan luar daerah. Melainkan tersebar hingga ke luar negeri seperti Malaysia dan Singapura.
Berbekal pengetahuan ilmu pengobatan dari almarhum neneknya, saat ini setiap hari Sentot kedatangan dua hingga tiga pasien yang meminta bantuannya.
“Alhamdulillah, pengobatan menggunakan empedu ular cobra banyak mendapat tanggapan positif dari pasien. Bahkan empat pasien yang seharusnya diamputasi karena kencing manis sudah sembuh,” terangnya.
Untuk harga pengobatan menggunakan empedu kobra, Sentot tidak memasang tarif muluk-muluk. Bahkan jika pasien dari golongan bukan orang berada alias miskin, pihaknya tidak memungut biaya. Tapi harga rata-rata yang dipatok untuk umum Rp 50.000. Namun harga tersebut berbeda jika yang membeli orang luar negeri. Sentot mengaku mematok harga Rp 300 ribu setiap obat racikan yang mengandung satu empedu kobra.
Untuk konsumen luar negeri, Sentot mengaku tidak setiap bulan ada permintaan. Tapi setiap tahun selalu ada permintaan dalam jumlah cukup besar dari mereka.“Jumlah permintaan untuk obat yang mengandung empedu berkisar 20 buah per tahun,” paparnya.
Sedangkan untuk mendapatkan cobra, Sentot membeli dari pencari ular dari sejumlah daerah di Kabupaten Probolinggo seperti di Kecamatan Tiris, Besuk dan Krucil. Sentot membeli kobra per ekor dengan ukuran satu meter Rp 20.000. Itupun jenis kobra jantan. Untuk membedakan kobra jantan dan betina, Sentot mengaku di jidat cobra tersebut ada tanda belang. “Ular kobra yang ukurannya kurang satu meter tidak memiliki empedu. Jadi saya tidak bisa membeli,” terangnya.
Untuk
daging ular kobra, Sentot menggunakannya untuk pengobatan seperti
penyakit kulit dan luka membusuk karena titanus dan kanker. Sedangkan
untuk kulit satu ekor ular kobra yang sudah ia proses ia jual Rp 15000.
“Semua yang ada di ular kobra kami manfaatkan untuk pengobatan,”
terangnya.(Dc)
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !