Reporter : Dicko
Kraksaan - Membuka
usaha dengan memberdayakan warga sekitar dimulai dengan usaha
kecil-kecilan dilakukan Muhammad (40), asal Desa Brumbungan Lor,
Kecamatan Gending, Kabupaten Probolinggo. Saat ini, ia sudah memiliki 20
karyawan tidak tetap. Setiap hari, per karyawan menghasilkan enam
hingga sembilan rantang dengan ukuran yang bervariasi. Ini dikatakan
Muhammad, Rabu (25/9).
Menurut Rahmat, awal usaha membuka rantang ikan asin disebabkan bahan
bambu yang melimpah di tempat tinggalnya. Sedangkan produksi ikan asin
disejumlah tempat cukup besar.
“Saya memproduksi sendiri rantang dengan istri sebelum akhirnya mempekerjakan karyawan disekitar rumah,” paparnya.
Sebelum membuka usaha ini, warga kebanyakan menjadi buruh tani. Pekerjaan tersebut tidak bisa dilakukan setiap hari. Sebab pemilik lahan hanya menggunakan tenaga buruh bila musim tanam dan panen. Selebihnya menganggur.
“Saya memproduksi sendiri rantang dengan istri sebelum akhirnya mempekerjakan karyawan disekitar rumah,” paparnya.
Sebelum membuka usaha ini, warga kebanyakan menjadi buruh tani. Pekerjaan tersebut tidak bisa dilakukan setiap hari. Sebab pemilik lahan hanya menggunakan tenaga buruh bila musim tanam dan panen. Selebihnya menganggur.
Dengan permintaan rantang ikan yang makin tinggi, warga disekitar rumah
tidak lagi menganggur. Pekerja bisa menafkahi kebutuhan hidup mereka
dengan membuat rantang ikan.
Agar usaha yang dijalankan terus berkembang, Muhammad mengambil laba pada pekerja hanya Rp 40 rupiah hingga seribu rupiah. Sedangkan untuk bahan pembuatan rantang, pihaknya yang menyediakan. “Kami tidak mengambil laba banyak, sebab tujuan awal usaha yang dilakukan agar warga disekitar rumah bisa bekerja,” terangnya.
Agar usaha yang dijalankan terus berkembang, Muhammad mengambil laba pada pekerja hanya Rp 40 rupiah hingga seribu rupiah. Sedangkan untuk bahan pembuatan rantang, pihaknya yang menyediakan. “Kami tidak mengambil laba banyak, sebab tujuan awal usaha yang dilakukan agar warga disekitar rumah bisa bekerja,” terangnya.
Untuk pemasaran, Muhammad mengaku saat ini dirinya tidak menemui
kendala. Bahkan permintaan kuota terus bertambah. “Per tiga hari, kami
selalu memasok hasil rantang ke pengepul,” paparnya.
Usaha pembuatan rantang asin berjalan sekitar lima tahun, tepatnya pada
2009. Seiring berjalannya waktu, bahan baku bambu yang sebelumnya
melimpah mulai berkurang. Akibatnya ia banyak mencari bahan ke luar desa
dan kecamatan. “Untunglah bahan bambu di Probolinggo masih melimpah
Mas,” terangnya.
Untuk harga rantang ukuran kecil sekitar 40 cm x 30 cm , Muhammad
membayar pekerjanya Rp 1500. Sedangkan untuk ukuran sedang, sekitar 80
cm x 70 cm Rp 3000. Dan untuk ukuran rantang 1 meter x 60 cm, Muhammad
membayar pada karyawannya Rp 7500.
Pekerja rantang ikan asin, Sulastri, warga setempat mengaku perekonomian
rumah tangganya ikut terbantu dengan keberadaan usaha rantang ikan
asin. Dengan penambahan ekonomi yang dihasilkan, ia tidak lagi
dipusingkan dengan terbatasnya penghasilan suaminya yang bekerja sebagai
buruh bangunan. “Alhamdulillah, keberadaan usaha rantang membantu
perekonomian keluarga saya Mas,” pungkasnya .(Dc)
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !