Reporter : Dicko
Selasa 13/05/14. 08:00 WIB
Selasa 13/05/14. 08:00 WIB
Paiton-
Selama ini imej pasar tradisional terkesan kumuh dan jorok. Namun, hal
tersebut tidak berlaku di Pasar Paiton, Kecamatan Paiton, Kabupaten
Probolinggo. Di pasar ini, kondisi pasarnya sangat nyaman dan bersih,
dengan jejeran pedagang yang tertata rapi. Terutama pedagang sayur yang
sudah menggunakan meja jejer untuk menggelar dagangan.
Koordinator
Pasar Paiton Murtade menuturkan tujuan utama dari agar pembeli yang
datang tidak merasa risih dengan kondisi pasar. Dengan pasar sehat dan
bersih, pembeli akan betah dan nyaman berkunjung. Sehingga program yang
dicanangkan oleh Bupati Probolinggo berjalan dengan baik dan sukses.
“Kami mengimplementasikan program tersebut dalam bentuk nyata,” ujarnya.
Bentuk
nyata tersebut diantaranya adalah dengan memberikan pedagang sayur meja
atau lapak. Meja dengan ukuran 120 cm x 80 cm x 70 cm ini dijadikan
sebagai tempat dagangan dipajang. Dengan pengaturan seperti ini, membuat
pasar tampak tertata rapi dan jalan untuk pembeli cukup lapang. “Ini
terbukti dengan banyaknya warga perumahan dan PLTU yang berbelanja
disini,” tuturnya.
Di
Pasar Paiton saat ini telah didirikan Koperasi Suara Pasar yang
beranggotakan 158 pedagang sayur. Yang menarik dari gerakan pasar sehat
dan bersih ini, setiap pedagang sayur yang menjadi anggota Koperasi
Suara Pasar otomatis mendapat meja jejer. Terdapat 158 meja jejer ini di
pasar Paiton, yang merupakan sumbangan dari PT Ipmomi, salah satu
perusahaan listrik di PLTU. “Berasal dari dana CSR mereka, kami bagikan
bagi anggota koperasi. Mudah-mudahan semua pedagang nantinya ikut
menjadi anggota,” harap pria kelahiran 1968 ini.
Ada
banyak keuntungan yang didapat oleh pedagang yang tergabung dalam
koperasi Suara Pasar ini. Dengan setoran awal sebesar Rp 400 ribu bagi
setiap orang, setiap anggota nantinya dapat meminjam modal pada koperasi
ini. Pedagang dapat meminjam modal dengan bunga yang sangat minim,
yakni hanya 1,8 persen. Misalnya, dengan meninjam modal sebesar Rp 500
ribu, pedagang cukup menyetorkan Rp 55 ribu setiap minggu. “Pedagang
dalam sepuluh kali cicil hanya mengembalikan Rp 550 ribu,” jelasnya.
Pinjaman
lunak ini, menurut Murtade diharapkan mampu membantu kebutuhan pedagang
dalam permodalan. Sebab, hampir di semua pasar, pedagang kecil terjerat
hutang pada bank titil. Jika meminjam modal pada bank titil sebesar Rp
500 ribu, maka pedagang harus mengembalikan sebesar Rp 650 ribu atau
lebih. “Jelas itu memberatkan pedagang. Dengan adanya koperasi ini, kami
berharap ketergantungan pedagang pada mereka akan terkikis,” harapnya.(Dc)
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !