BROMO FM : Sabtu 23/11/13. 10:00 Wib
Reporter : Dicko
Reporter : Dicko
Gending – Sebuah usaha yang menyerap pemberdayaan warga sekitar
yang merangkak dari nol, hingga saat ini begitu menjanjikan, ini
dilakukan Muhammad (40), asal Desa Brumbungan Lor, Kecamatan Gending,
Kabupaten Probolinggo, dengan keterampilannya yang membuat rantang ikan
asin tradisional. Saat ini, ia sudah memiliki 20 karyawan tidak tetap.
Setiap hari, per karyawan menghasilkan enam hingga sembilan rantang
dengan ukuran yang bervariasi. Sebut Muhammad, Sabtu (23/11).
Ia mengatakan, dari semula membuka usaha rantang ikan asin disebabkan karena adanya bahan bambu yang begitu banyak di tempat tinggalnya. Sedangkan produksi ikan asin disejumlah tempat cukup besar. “Saya memproduksi sendiri rantang dengan istri sebelum akhirnya mempekerjakan karyawan disekitar rumah,”sebutnya.
Sebelum membuka usaha ini, warga kebanyakan menjadi buruh tani. Pekerjaan tersebut tidak bisa dilakukan setiap hari. Sebab pemilik lahan hanya menggunakan tenaga buruh bila musim tanam dan panen. Selebihnya menganggur. Dengan permintaan rantang ikan yang makin tinggi, warga disekitar rumah tidak lagi menganggur. Pekerja bisa menafkahi kebutuhan hidup mereka dengan membuat rantang ikan.
Agar usaha yang dijalankan terus berkembang, ia mengambil laba pada pekerja hanya Rp 40 rupiah hingga seribu rupiah per rantang. Sedangkan untuk bahan pembuatan rantang, pihaknya yang menyediakan. “Kami tidak mengambil laba banyak, sebab tujuan awal usaha yang dilakukan agar warga disekitar rumah bisa bekerja,” terangnya.
Untuk pemasarannya ia mengaku tidak menemukan kendala. Sebaliknya ia kualahan menghadapi pesanan yang cukup tinggi. “Per tiga hari, kami selalu memasok hasil rantang ke pengepul,” pungkasnya.
Usaha pembuatan rantang asin berjalan sekitar lima tahun, tepatnya pada 2009. Seiring berjalannya waktu, bahan baku bambu yang sebelumnya melimpah mulai berkurang. Akibatnya ia banyak mencari bahan ke kecamatan lain.(Dc)
Ia mengatakan, dari semula membuka usaha rantang ikan asin disebabkan karena adanya bahan bambu yang begitu banyak di tempat tinggalnya. Sedangkan produksi ikan asin disejumlah tempat cukup besar. “Saya memproduksi sendiri rantang dengan istri sebelum akhirnya mempekerjakan karyawan disekitar rumah,”sebutnya.
Sebelum membuka usaha ini, warga kebanyakan menjadi buruh tani. Pekerjaan tersebut tidak bisa dilakukan setiap hari. Sebab pemilik lahan hanya menggunakan tenaga buruh bila musim tanam dan panen. Selebihnya menganggur. Dengan permintaan rantang ikan yang makin tinggi, warga disekitar rumah tidak lagi menganggur. Pekerja bisa menafkahi kebutuhan hidup mereka dengan membuat rantang ikan.
Agar usaha yang dijalankan terus berkembang, ia mengambil laba pada pekerja hanya Rp 40 rupiah hingga seribu rupiah per rantang. Sedangkan untuk bahan pembuatan rantang, pihaknya yang menyediakan. “Kami tidak mengambil laba banyak, sebab tujuan awal usaha yang dilakukan agar warga disekitar rumah bisa bekerja,” terangnya.
Untuk pemasarannya ia mengaku tidak menemukan kendala. Sebaliknya ia kualahan menghadapi pesanan yang cukup tinggi. “Per tiga hari, kami selalu memasok hasil rantang ke pengepul,” pungkasnya.
Usaha pembuatan rantang asin berjalan sekitar lima tahun, tepatnya pada 2009. Seiring berjalannya waktu, bahan baku bambu yang sebelumnya melimpah mulai berkurang. Akibatnya ia banyak mencari bahan ke kecamatan lain.(Dc)
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !