Belum Selesai Dibangun Gedung SD Ambruk

Rekanan CV Kali Agung beserta konsultan pengawas diminta bertanggung jawab

PROBOLINGGO - Gedung Sekolah Dasar Negeri (SDN) di Kabupaten Probolinggo kembali ambruk. Kali ini gedung SDN Penambangan II di Desa Penambangan, Kecamatan Pajakrakan, yang dibangun sejak 30 Oktober lalu, ambruk dan mengakibatkan tiga tukang bangunan terluka.
Pada saat sejumlah tukang bangunan sedang memasang genteng, bangunan dengan kerangka galvalum itu ambruk, Rabu (28/11) siang. “Syukurlah tidak ada siswa yang tertimpa bangunan karena mereka sudah pulang,” ujar Kepala SDN Penambangan II, Mudjiatun, Rabu.
Selama proses rehabilitasi tiga ruang (kelas I, II, dan III) di SD tersebut memang sengaja dikosongkan dari kegiatan belajar mengajar.
Mudjiatun menceritakan, Rabu siang sekitar pukul 11.30 itu, delapan tukang bangunan sedang bekerja. Tiga orang berada di atas bangunan untuk memasang pelur, sementara lima tukang lainnya berada di bawah.
“Tiba-tiba terdengar suara berdebum sangat keras. Ternyata tiga ruang kelas yang sedang dibangun ambruk,” ujar Mudjiatun. Kepala sekolah yang baru sekitar setahun bertugas di SDN Penambangan II dan sejumlah guru mengaku terkejut.
Tiga tukang bangunan yang berada di atas atap “terjun bebas” bersamaan ambruknya gedung SD itu. Tiga tukang itu, Tulus, Mustari, dan Sunar yang mengalami luka-luka langsung dilarikan ke Puskesmas Pajarakan.
Karena kondisinya tidak terlalu parah, Mustari dan Sunar diperbolehkan pulang usai dirawat di Puskesmas. Sementara Tulus yang luka berat dirujuk ke RSUD Waluyo Jati, Kraksaan.
“Pak Tulus mengalami patah tulang rusuk bagian kanan-belakang,” ujar dr Sony, dokter jaga di RSUD itu. Sejumlah luka juga terlihat di bagian wajah kepala tukang asal Desa Sukokerto, Kecamatan Pajarakan itu.
“Mungkin galvalum-nya terlalu tipis dan jaraknya terlalu lebar sehingga tidak kuat menahan beban. Akhirnya ambruk,” ujar Tulus.
Ditanya mengapa para tukang berani memasang kerangka galvalum tersebut, Tulus mengaku, hanya menjalankan perintah. “Kami semua kan hanya bekerja ke CV Kali Agung, disuruh pasang ya dipasang,” ujarnya.
Dugaan proyek rehab di SDN Penambangan II itu bermasalah juga diungkapkan Mudjiatun (Kepala SD) dan Komite Sekolah, Hosen. “Diduga galvalum-nya terlalu tipis sehingga tidak kuat menahan beban,” ujar Mudjiatun.
Mudjiatun yang didampingi Hosen juga sempat mengingatkan tukang terkait jarak pemasangan kerangka bangunan (usuk). “Lho jaraknya kok terlalu lebar 120 (Centimeter, Red.) saya sempat minta 90, tidak diperhatikan,” ujarnya.
Mudjiatun yang berpengalaman menangani proyek swakelola di sejumlah SD sebelumnya mengaku, rewel. “Saya rewel soalnya kualitas bangunan terkait dengan keamanan dan kenyamanan siswa dan guru,” ujarnya.
Sementara itu beberapa jam setelah gedung SD di tepi pantai itu ambruk, Samidjan, Kepala SD Karangbong II, Kecamatan Pajarakan mendatangi Mudjiatun. “Saya juga khawatir SD saya bakal ambruk. Kerangka bangunannya sudah melengkung. Dan CV yang mengerjakan sama dengan di sini,” ujarnya.
Sementara itu pimpinan CV Kali Agung, Adi Karno mengatakan, ambruknya gedung SDN Penambangan II itu sebagai musibah. Namun ketika disinggung dugaan galvalum yang dipakai tidak sesuai Rencana Anggaran dan Belanja (RAB) proyek, ia mengakui.
“Karena saya tidak paham galvalum, sehingga saat beli galvalum ukuran 0,75 milimeter tercampur dengan yang ukuran 0,6 milimeter,” ujar Adi kepada wartawan. Ia mengaku, bertanggung jawab untuk memperbaiki gedung SD yang ambruk itu.

Rekanan Ditindak
Terkait ambruknya gedung SDN Penambangan II, Dinas Pendidikan (Dispendik) setempat langsung bertindak. “Sore ini juga, Pak Adi Karno dari rekanan CV Kali Agung, Kropak, Bantaran kami panggil beserta konsultan pengawas,” ujar Kepala Dispendik, Asy’ari di kantornya, Rabu sore.
Dikatakan rekanan dan konsultan pengawas harus mempertanggungjawabkan kinerjanya yang buruk. “Selain harus memperbaiki bangunan yang ambruk, harus ada sanksi tegas, kalau perlu di-black list,” ujarnya.
Ditanya soal proyek di SDN Karangbong II dengan rekanan yang sama dan ada tanda-tanda mau ambruk, Asy’ari mengatakan, harus segera diperbaiki. “Harus diperbaiki mumpung belum menimbulkan korban,” ujarnya.
Terkait ambruknya gedung SDN Penambangan II, Dispendik bahkan memerintahkan mengevaluasi semua proyek serupa. Tahun ini sebanyak 90 sekolah dengan 298 ruang kelas mendapatkan proyek rehab yang dibiayai Dana Insentif Daerah (DID). “Setiap ruang kelas anggarannya Rp 50 juta,” ujar Kabid Pendidikan Dasar (Pendas) di Dispendik, Hamzah.
Berdasarkan catatan, tidak sekali ini saja gedung SDN di Kabupaten Probolinggo ambruk. Pada 8 Maret 2012 lalu, ruang kelas IV di SDN Ngepung 1, Kecamatan Sukapura juga ambruk.
Diduga kerangka bangunan dari galvalum tidak kuat menahan atap. Padahal ruang kelas IV itu bersama dua ruang lainnya (kelas V dan VI) baru 2009 lalu direhab total dengan dana Rp 210 juta. isa