PROBOLINGGO - Mengawali musim panen tembakau, sebagian besar petani di Kabupaten Probolinggo dipastikan merugi. Soalnya, rata-rata harga jual tembakau masih di bawah harga impas Rp 22.459/kilogram (Kg). “Sebagian besar harga tembakau di Probolinggo di bawah harga impas, hanya sebagian kecil yang harganya sedikit di atas harga impas,” ujar Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Asosiasi Tembakau Indonesia (APTI) Jatim, Amien Subarkah, Senin (27/8) pagi tadi.
Amin menambahkan, APTI Jatim sudah menghitung berapa harga impas tembakau tahun ini. APTI menghitung populasi tanaman tembakau sebanyak 18.000 batang dengan produksi 1.200 Kg per hektare (Ha). “Sehingga ditemukan biaya produksi total mencapai Rp 26.995.000 per hektare,” ujarnya.
Biaya produksi itu meliputi, sewa tanah Rp 8 juta/Ha, pengolahan tanah Rp 2 juta, pembuatan bedengan Rp 1,5 juta, dan biaya produksi lainnya (pupuk, obat-obatan). Biaya produksi itu kemudian dibagi dengan jumlah produksi tembakau per Ha (1.200 Kg). ”Akhirnya ditemukan angka harga impas tembakau Rp 22.495 per kilogram,” ujar Amin.
Harga impas itu, kata Amin, hendaknya dijadikan harga patokan pembelian tembakau oleh pabrik rokok yang membuka gudang di Probolinggo. “Kenyataan menunjukkan, awal musim panen tembakau ini, pabrik rokok membeli tembakau petani di bawah Rp 20 ribu. Jelas petani tembakau rugi besar,” ujarnya.
Soal rendahnya harga tembakau juga dibenarkan Aminudin, petani tembakau di Desa Seboro, Kecamatan Krejengan, Kabupaten Probolinggo. ”Di awal panen, harga tembakau daun bawah memang murah. Mungkin nanti daun tengah lebih mahal,” ujarnya.
Sejumlah pedagang pun membeli tiga lembar daun bawah dengan harga sekitar Rp 1.000. Dikatakan selain bau tanah, daun bawah sering rusak dan mulai mengering.
Pedagang kemudian merajang daun tembakau itu. Setelah kering tembakau dijual gudang pabrik rokok. ”Tembakau rajangan paling banter harganya Rp 20 ribu per kilogram,” ujar Aminudin.
Bahkan karena harga tembakau jatuh, sebagian petani menjual tegakan tanaman tembakau dengan harga obral. ”Sebanyak 3.000 batang tembakau dijual dengan hitungan 2.000 batang tembakau,” ujarnya.
Desak Pabrik Rokok
APTI Jatim pun mendesak agar gudang pabrik rokok di Kabupaten Probolinggo menggunakan patokan harga impas itu untuk membeli tembaku petani. ”Gudang sebaiknya membeli tembakau dengan harga di atas harga impas itu. Kalau tembakau dibeli dengan harga impas, ya sama saja petani ’kerja bhakti’, tidak untung tidak rugi,” ujar Amin Subarkah.
Desak Pabrik Rokok
APTI Jatim pun mendesak agar gudang pabrik rokok di Kabupaten Probolinggo menggunakan patokan harga impas itu untuk membeli tembaku petani. ”Gudang sebaiknya membeli tembakau dengan harga di atas harga impas itu. Kalau tembakau dibeli dengan harga impas, ya sama saja petani ’kerja bhakti’, tidak untung tidak rugi,” ujar Amin Subarkah.
Sisi lain pihak gudang mengaku, membeli tembakau petani berdasarkan kualitasnya. ”Kalau kualitas tembakau jelek, ya harganya jelas jatuh,” ujar Pudjiono, pengelola gudang pembelian tembakau, PT Sadana Kraksaan.
Rendahnya harga tembakau di awal panen ini, kata Pudjiono diduga karena petani terlalu banyak menggunakan pestisida kimia. Dengan alasan tembakau petani berkualitas jelek, PT Sadana Kraksaan pun menghargainya di kisaran Rp 11-21 ribu.
Pudjiono menambahkan, penggunaan pestisida berlebihan justru mengakibatkan kualitas daun tembakau menurun. ”Secara visual bisa dilihat ada bekas dan sisa bahan kimia yang melekat pada lembaran daun tembakau. Rasanya pun jelas berubah,” ujarnya.
Terkait anjloknya harga tembakau karena dipicu pemakaian pestisida berlebihan, Kepala Dinas Perkebunan dan Kehutanan (Disbunhut), Mahbub Djunaedi mengatakan, sebenarnya di awal musim tanam sudah mengingatkan petani. ”Sejak menjelang musim tanam, petani sudah saya ingatkan agar memakai pestisida nabati,” ujarnya.
Mahbub yang ikut sidak ke gudang-gudang tembakau, masih berharap, harga tembakau bakal terdongkrak naik. ”Mudah-mudahan nanti harga tembakau naik, minimal sama dengan tahun lalu,” ujarnya.
Memang sempat ada kekhawatiran harga tembakau tahun ini bakal menurun. Soalnya, areal tembakau tahun 2012 ini membengkak hingga sekitar 120% dibandingkan targetnya. Padahal target areal tembakau itu disesuaikan dengan kebutuhan tembakau yang bakal diserap seluruh gudang pembelian.
Seperti diketahui, areal tembakau di Kabupaten Probolinggo mencapai 11.184 hektare (Ha) padahal Pemkab Probolinggo menargetkan areal 8.721 Ha. ”Ada kelebihan target areal hingga 120,2 persen,” ujar Mahbub. isa
sumber :surabayapost.co.id
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !