PROBOLINGGO – Erupsi Gunung Bromo berdampak parah di Kecamatan Sumber, Kabupaten Probolinggo. Di kecamatan yang bertetangga dengan Kecamatan Sukapura itu, hujan abu turun terus-menerus sejak Sabtu (11/12) sampai kemarin (17/12).
Selain mengganggu aktivitas warga, hujan abu itu merusak lebih dari 5.000 hektare pertanian di kecamatan tersebut. Di Desa Ledokombo saja, 3.000 hektare ladang kentang dipastikan gagal panen. Padahal, desa-desa lain di Kecamatan Sumber juga terkena hujan abu. Antara lain, Desa Wonokerso, Sumber Anom, Pandansari, dan Desa Gemito.
Kecamatan Sumber telah mengirimkan surat laporan ke Bupati Hasan Aminuddin dan dinas sosial setempat. ”Kami sudah kirim surat ke bupati tentang tanaman kentang yang rusak,” kata Camat Sumber Moh. Suyono.
Untuk mengurangi risiko dampak abu Bromo terhadap warga, kecamatan memutuskan mendirikan posko di setiap desa yang terkena hujan abu. ’’Poskonya berada di kantor kecamatan. Desa-desa yang terkena hujan abu juga saya minta mendirikan posko. Tetapi, induknya di kecamatan,” kata Camat Sumber Moh. Suyono kemarin (17/12).
Posko yang akan didirikan hari ini tersebut menyediakan obat-obatan untuk mencegah dan mengobati penyakit yang ditimbulkan abu vulkanik. Misalnya, penyakit pernapasan seperti batuk dan sesak napas serta penyakit mata yang disebabkan sering kemasukan abu. ’’Dua penyakit itu berpotensi muncul akibat hujan abu ini,” kata Kapala TU Puskesmas Sumber Sulung kemarin.
Saat ditemui kemarin, Sulung tengah bersiap dengan mobil puskesmas keliling menuju desa-desa yang terkena hujan abu. Di dalam mobil, dia membawa puluhan kardus kecil berisi masker untuk dibagikan kepada warga yang belum mendapatkan.
Dikatakan Sulung, sampai kemarin masker yang telah disebarkan melalui Kades berjumlah 15.000 buah. ’’Tadi dalam pertemuan Kades juga ada pembagian 3.000 masker kepada mereka yang belum dapat,” terangnya. Meski disalurkan lewat Kades, lanjut Sulung, kendaraan puskesmas keliling selalu dia bawa untuk menjangkau warga yang belum kebagian masker.
Berdasar data di kecamatan, setidaknya enam desa terkena hujan abu vulkanik kiriman Gunung Bromo. Enam desa itu ialah Wonokerso, Ledokombo, Sumber Anom, Pandansari, Gemito, dan Cepoko. Yang terparah adalah Desa Wonokerso sebagai desa yang terdekat dengan Bromo.
Secara geografis, desa itu terletak sekitar 5 km dari Gunung Bromo. Dalam pantauan koran ini di lapangan, dari kejauhan, langit Desa Wonokerso tampak lebih gelap daripada yang lain.
Di sepanjang akses jalan dari Desa Ledokombo menuju desa tersebut, butiran abu yang turun terlihat jelas. Warga yang berada di luar rumah rata-rata mengenakan sarung sebagai penutup kepala dan wajah untuk berlindung dari hujan abu. Ada pula yang keluar rumah dengan mengenakan payung atau mengenakan helm saat menggarap sawah. ’’Di sini kalau berkendara tidak ada yang pakai helm. Helm malah dipakai di sawah,” ungkap camat.
Sementara itu, Kades Wonokerso Nariyo mengatakan, hujan abu yang turun sepekan terakhir sangat berdampak kepada pertanian. Bagi warga yang memelihara hewan ternak, masalah lebih rumit lagi. Hewan ternak tidak mendapatkan makanan karena rumput setempat dipenuhi debu.
Solusinya, sebagian mereka memilih mencuci dulu rumput yang diperoleh dari sawah. Bahkan, ada pula yang membeli rumput dari Kecamatan Bantaran. Dari Bantaran, rumput itu diangkut ke Sumber dengan ditutupi terpal. “Kalau tidak seperti itu, nanti rumputnya penuh abu lagi,” ujar Nariyo.
Dampak hujan abu yang lain, air bersih bagi warga Desa Wonokerso terancam kotor. Sebab, penampung air dari mata air setempat terkena hujan abu. “Jika hujan abu berlangsung terus, mungkin nanti pipanya tersumbat,” katanya.
Saat ini, tambah Nariyo, warga sangat mengharapkan bantuan pemkab setempat. Namun, berdasar hasil rapat antarkades kemarin, warga tidak mengharapkan bantuan langsung. ’’Yang diharapkan, misalnya, harga sembako murah dan pinjaman lunak kepada para petani yang merugi,” terangnya. (jpnn)
sumber :http://www.radarjogja.co.id/berita/utama/12561-akibat-hujan-abu-bromo-selama-sepekan-lima-ribu-hektare-pertanian-rusak-
Selain mengganggu aktivitas warga, hujan abu itu merusak lebih dari 5.000 hektare pertanian di kecamatan tersebut. Di Desa Ledokombo saja, 3.000 hektare ladang kentang dipastikan gagal panen. Padahal, desa-desa lain di Kecamatan Sumber juga terkena hujan abu. Antara lain, Desa Wonokerso, Sumber Anom, Pandansari, dan Desa Gemito.
Kecamatan Sumber telah mengirimkan surat laporan ke Bupati Hasan Aminuddin dan dinas sosial setempat. ”Kami sudah kirim surat ke bupati tentang tanaman kentang yang rusak,” kata Camat Sumber Moh. Suyono.
Untuk mengurangi risiko dampak abu Bromo terhadap warga, kecamatan memutuskan mendirikan posko di setiap desa yang terkena hujan abu. ’’Poskonya berada di kantor kecamatan. Desa-desa yang terkena hujan abu juga saya minta mendirikan posko. Tetapi, induknya di kecamatan,” kata Camat Sumber Moh. Suyono kemarin (17/12).
Posko yang akan didirikan hari ini tersebut menyediakan obat-obatan untuk mencegah dan mengobati penyakit yang ditimbulkan abu vulkanik. Misalnya, penyakit pernapasan seperti batuk dan sesak napas serta penyakit mata yang disebabkan sering kemasukan abu. ’’Dua penyakit itu berpotensi muncul akibat hujan abu ini,” kata Kapala TU Puskesmas Sumber Sulung kemarin.
Saat ditemui kemarin, Sulung tengah bersiap dengan mobil puskesmas keliling menuju desa-desa yang terkena hujan abu. Di dalam mobil, dia membawa puluhan kardus kecil berisi masker untuk dibagikan kepada warga yang belum mendapatkan.
Dikatakan Sulung, sampai kemarin masker yang telah disebarkan melalui Kades berjumlah 15.000 buah. ’’Tadi dalam pertemuan Kades juga ada pembagian 3.000 masker kepada mereka yang belum dapat,” terangnya. Meski disalurkan lewat Kades, lanjut Sulung, kendaraan puskesmas keliling selalu dia bawa untuk menjangkau warga yang belum kebagian masker.
Berdasar data di kecamatan, setidaknya enam desa terkena hujan abu vulkanik kiriman Gunung Bromo. Enam desa itu ialah Wonokerso, Ledokombo, Sumber Anom, Pandansari, Gemito, dan Cepoko. Yang terparah adalah Desa Wonokerso sebagai desa yang terdekat dengan Bromo.
Secara geografis, desa itu terletak sekitar 5 km dari Gunung Bromo. Dalam pantauan koran ini di lapangan, dari kejauhan, langit Desa Wonokerso tampak lebih gelap daripada yang lain.
Di sepanjang akses jalan dari Desa Ledokombo menuju desa tersebut, butiran abu yang turun terlihat jelas. Warga yang berada di luar rumah rata-rata mengenakan sarung sebagai penutup kepala dan wajah untuk berlindung dari hujan abu. Ada pula yang keluar rumah dengan mengenakan payung atau mengenakan helm saat menggarap sawah. ’’Di sini kalau berkendara tidak ada yang pakai helm. Helm malah dipakai di sawah,” ungkap camat.
Sementara itu, Kades Wonokerso Nariyo mengatakan, hujan abu yang turun sepekan terakhir sangat berdampak kepada pertanian. Bagi warga yang memelihara hewan ternak, masalah lebih rumit lagi. Hewan ternak tidak mendapatkan makanan karena rumput setempat dipenuhi debu.
Solusinya, sebagian mereka memilih mencuci dulu rumput yang diperoleh dari sawah. Bahkan, ada pula yang membeli rumput dari Kecamatan Bantaran. Dari Bantaran, rumput itu diangkut ke Sumber dengan ditutupi terpal. “Kalau tidak seperti itu, nanti rumputnya penuh abu lagi,” ujar Nariyo.
Dampak hujan abu yang lain, air bersih bagi warga Desa Wonokerso terancam kotor. Sebab, penampung air dari mata air setempat terkena hujan abu. “Jika hujan abu berlangsung terus, mungkin nanti pipanya tersumbat,” katanya.
Saat ini, tambah Nariyo, warga sangat mengharapkan bantuan pemkab setempat. Namun, berdasar hasil rapat antarkades kemarin, warga tidak mengharapkan bantuan langsung. ’’Yang diharapkan, misalnya, harga sembako murah dan pinjaman lunak kepada para petani yang merugi,” terangnya. (jpnn)
sumber :http://www.radarjogja.co.id/berita/utama/12561-akibat-hujan-abu-bromo-selama-sepekan-lima-ribu-hektare-pertanian-rusak-
Kraksaan online memberikan hak bagi warga kraksaan dan sekitarnya untuk ikut berpartisipasi dalam membagi berita dan foto yang terjadi di sekitar kota kraksaan seperti daerah patokan , semampir , Kandangjati kulon, sidomukti dan kraksaan wetan dan juga tidak menutup kemungkinan daerah daerah se-kabupaten probolinggo mari bersama memajukan kota kraksaan dan kabupaten probolinggo bersama sama kirimkan berita dan foto anda ke e-mail kraxsan.online@gmail.com trima kasih
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !