PROBOLINGGO - Kerusakan terumbu karang di perairan Kabupaten Probolinggo yang mencapai sekitar 90% dinilai mengkhawatirkan bagi nelayan. Para nelayan pun diajari memulihkan terumbu karang, yang merupakan habitat beragam ikan itu.
"Kerusakan terumbu karang sudah mencapai 90 persen. Ini jelas berdampak pada hasil tangkapan ikan,” ujar Kabid Pengelolaan Sumber Daya Kelautan di Dinas Perikanan dan Kelautan (DPK) Kabupaten Probolinggo, Wahid Nur Aziz, Senin (10/12) pagi tadi.
Seperti diketahui, terumbu karang tidak terlepas dari ekosistem laut. Terumbu karang menjadi habitat beragam ikan dan satwa laut lainnya. Ketika terumbu karang rusak, ikan-ikan pun akan kabur untuk mencari tempat tinggal yang baru.
”Solusinya nelayan kami ajari membuat rumah ikan (fish appartement) sebagai pengganti terumbu karang yang rusak,” ujar Wahid. Rumah ikan buatan atau biasa disebut rumpon itu bakal memikat ikan-ikan untuk menetap dan berkembang biak.
Guna membuat rumah ikan, DPK setempat bekerjasama dengan DPK Propinsi Jatim dan kelompok nelayan. Rumah ikan berbentuk mirip kotak krat minuman itu kemudian diceburkan ke laut.
Ketua Kelompok Usaha Bersama (KUB) Samudera Harapan, Dusun Bandaran, Desa/Kecamata Dringu, Kabupaten Probolinggo, Sugito mengatakan, nelayan di peraiaan Dringu gencar membuat rumah ikan. ”Kami pun punya zona konservasi, yang merupakan lokasi penebaran rumah-rumah ikan itu,” ujarnya.
Agar zona konservasi itu rusak, kata Sugito, nelayan pun dilarang mendekati kawasan itu. ”Perahu nelayan dibatasi pada radius 300 meter dilarang mendekati zona konservasi. Khawatir terkena jaring atau jangkar,” ujarnya.
Keprihatinan terhadap rusaknya terumbu karang bukan sekali ini saja terlontar. Tahun lalu, tim dari DPK Pemprop Jatim dan DPK Kabupaten Probolinggo yang turun ke perairan Giliketapang kaget. Moch. Ichsan Budianto dari Forum Pemerhati Terumbu Karang Jatim, yang ikut menyertai tim dari DPK sampai geleng-geleng kepala memperkirakan, sekitar 65% terumbu karang di perairan Giliketapang rusak. “Banyak sebab mengapa terumbu karang rusak, terutama ya karena ulah manusia,” ujar Ichsan.
Berdasarkan pengamatan, kerusakan terumbu karang di Giliketapang karena diambil paksa (ditambang) untuk campuran bahan bangunan. Bahkan Surabaya Post pernah memergoki seorang perempuan yang menjual terumbu karang dengan harga sekitar Rp 5.000 per buah.
Terkait kerusakan terumbu karang itu, Kepala Desa Gilikepatang, Soeparjono tidak bisa berkelit. “Memang ada sebagian warga yang mengambil terumbu karang untuk campuran bahan bangunan. Tetapi yang diambil warga itu terumbu karang yang sudah mati kok,” ujarnya.
Disinggung mengapa sebagian warga mengambil terumbu karang untuk campuran bahan bangunan, Soeparjono menduga karena mahalnya bahan bangunan di pulau terpencil itu.
Transplantasi
Demi mengatasi dan memulihkan kerusakan terumbu karang yang parah itu, DPK Jatim dan DPK Kabupaten Probolinggo mencoba sistem transplantasi (pencangkokan) terumbu karang.
Transplantasi
Demi mengatasi dan memulihkan kerusakan terumbu karang yang parah itu, DPK Jatim dan DPK Kabupaten Probolinggo mencoba sistem transplantasi (pencangkokan) terumbu karang.
“Kami sudah lama mencoba menanam kembali terumbu karang di antaranya dengan cara transplantasi,” ujar Kepala DPK Kabupaten Probolinggo, Ir Deddy Isfandi.
Pada 2006 silam misalnya, DPK mengajak nelayan di Desa Binor, Kec. Paiton menanam terumbu karang. Tetapi karena masuk wilayah pelabuhan khusus PLTU Paiton, terumbu karang yang baru ditanam itu rusak terkena lalulintas kapal-kapal besar pengangkut batubara.
Pada 2009 kembali, DPK menggandeng nelayan Giliketapang untuk menanam terumbu karang. Sebanyak 300 “meja” –istilah untuk media tanam terumbu karang berbentuk segi empat dari paralon dilengkapi jaring- dibenamkan di perairan Giliketapang.
“Yang kami tanam saat itu adalah jenis terumbu karang tanduk menjangan atau Arcophora sp,” ujar Deddy. Meski termasuk terumbu karang yang pertumbuhan cepat, 6 bulan setelah ditransplantasi, tumbuh sekitar 1 Cm.
Tahun 2011, DPK Jatim kembali menanam terumbu karang serupa di Giliketapang. Sebanyak 12 “meja” terumbu karang dibenamkan di perairan Giliketapang. “Meja” paralon persegi empat ukuran 1 x 1 meter itu dilengkapi jaring. Di tengah jaring dilekatkan sekitar 20 pot (berbentuk donat) dari semen, sebagai media tanam terumbu karang.
”Caranya, ranting terumbu karang dipothel (dipotong, Red.) kemudian ditanam di ’donat’ semen itu,” ujar Wahid. Diperkirakan dalam waktu sekitar 10 tahun, ”meja” itu akan ditumbuhi terumbu karang.
”Kami memang menargetkan sekitar 200 hektare perairan laut Giliketapang menjadi semacam kawasan konservasi terutama terumbu karang,” ujar Deddy. Nelayan dipersilakan menangkap ikan, tetapi jangan sampai merusak, apalagi mengambil terumbu karang. isa/surabaya post online
sumber: surabayapost
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !