
Probolinggo - kraksaan-online.com,Meski penerimaan siswa baru (PSB) dimulai akhir Juni, sejumlah sekolah swasta di Kota Probolinggo sudah “lempar handuk”. Melihat pagu 3.966 kursi yang dipatok sekolah negeri (SMPN-SMAN/SMKN), sekolah-sekolah swasta pun menjerit.
Kondisi ini diperparah dengan kebijakan rintisan sekolah bertaraf internasional (RSBI) yang “mencuri start” dalam PSB. Sekolah-sekolah RSBI yang notabene sekolah favorit pun berusaha menerima siswa baru sebanyak-banyaknya. “Sekitar 25 sekolah swasta sempat mengadu ke DPRD. Mereka khawatir kekurangan siswa baru tahun ini,” ujar Ketua Komisi A DPRD, Asad Anshari, Rabu (15/6) pagi tadi.
Komisi A pun meminta agar sekolah negeri tidak menggunakan ”aji mumpung” dengan menerima siswa baru sebanyak-banyaknya. Soalnya, kalau dilepas secara bebas, sekolah swasta yang tidak mendapatkan jatah murid dipastikan bakal gulung tikar.
Pihaknya sendiri tidak bisa mengurangi pagu siswa baru yang telah dipatok Dinas Pendidikan (Dispendik). ”Kalau mengurangi pagu, kami tidak bisa. Komisi A hanya mengingatkan, sekolah negeri jangan menambah pagu,” ujar politisi PKNU itu.
Seperti diketahui, Senin (13/6) lalu, Komisi A menggelar dengar-pendapat (hearing) dengan 25 sekolah swasta di Kota Probolinggo. Semua kompak, mendesak Pemkot agar sekolah negeri jangan terlalu banyak menerima siswa baru.
”Jujur saja, setiap tahun kami selalu kekurangan murid baru. Tahun ini melihat pagu sekolah negeri, seperti bakal terulang,” ujar Waras, guru SMA Setia Bayuangga.
Dikatakan jumlah siswa baru di sekolah swasta terkait erat dengan finansial yang bakal diterima pihak sekolah. Meskipun sekolah swasta bukan lembaga komersial, keuangannya sangat bergantung pada setoran dari muridnya. ”Kalau guru negeri kan digaji pemerintah, gaji guru swasta ya diambilkan dari SPP murid-murid,” ujarnya.
Hal senada diungkapkan Misbahul Munir, Kepala Madrasah Aliyah Riyadlus Sholihin. ”Sudah menjadi kebiasaan, sekolah negeri menambah jumlah siswa melebihi pagu yang ditetapkan. Ada contoh kasusnya tahun lalu di sebuah sekolah negeri,” ujarnya.
Munir pun membeberkan fakta, sebuah sekolah negeri diam-diam menambah kelas baru. ”Otomomatis setiap kursi tambahan itu ada harganya. Caranya, calon walimurid baru dikumpulkan dan diminta kompensasi agar anaknya bisa masuk,” ujarnya. isa
sumber:http://www.surabayapost.co.id
Kondisi ini diperparah dengan kebijakan rintisan sekolah bertaraf internasional (RSBI) yang “mencuri start” dalam PSB. Sekolah-sekolah RSBI yang notabene sekolah favorit pun berusaha menerima siswa baru sebanyak-banyaknya. “Sekitar 25 sekolah swasta sempat mengadu ke DPRD. Mereka khawatir kekurangan siswa baru tahun ini,” ujar Ketua Komisi A DPRD, Asad Anshari, Rabu (15/6) pagi tadi.
Komisi A pun meminta agar sekolah negeri tidak menggunakan ”aji mumpung” dengan menerima siswa baru sebanyak-banyaknya. Soalnya, kalau dilepas secara bebas, sekolah swasta yang tidak mendapatkan jatah murid dipastikan bakal gulung tikar.
Pihaknya sendiri tidak bisa mengurangi pagu siswa baru yang telah dipatok Dinas Pendidikan (Dispendik). ”Kalau mengurangi pagu, kami tidak bisa. Komisi A hanya mengingatkan, sekolah negeri jangan menambah pagu,” ujar politisi PKNU itu.
Seperti diketahui, Senin (13/6) lalu, Komisi A menggelar dengar-pendapat (hearing) dengan 25 sekolah swasta di Kota Probolinggo. Semua kompak, mendesak Pemkot agar sekolah negeri jangan terlalu banyak menerima siswa baru.
”Jujur saja, setiap tahun kami selalu kekurangan murid baru. Tahun ini melihat pagu sekolah negeri, seperti bakal terulang,” ujar Waras, guru SMA Setia Bayuangga.
Dikatakan jumlah siswa baru di sekolah swasta terkait erat dengan finansial yang bakal diterima pihak sekolah. Meskipun sekolah swasta bukan lembaga komersial, keuangannya sangat bergantung pada setoran dari muridnya. ”Kalau guru negeri kan digaji pemerintah, gaji guru swasta ya diambilkan dari SPP murid-murid,” ujarnya.
Hal senada diungkapkan Misbahul Munir, Kepala Madrasah Aliyah Riyadlus Sholihin. ”Sudah menjadi kebiasaan, sekolah negeri menambah jumlah siswa melebihi pagu yang ditetapkan. Ada contoh kasusnya tahun lalu di sebuah sekolah negeri,” ujarnya.
Munir pun membeberkan fakta, sebuah sekolah negeri diam-diam menambah kelas baru. ”Otomomatis setiap kursi tambahan itu ada harganya. Caranya, calon walimurid baru dikumpulkan dan diminta kompensasi agar anaknya bisa masuk,” ujarnya. isa
sumber:http://www.surabayapost.co.id
Kraksaan online memberikan hak bagi warga kraksaan dan sekitarnya untuk ikut berpartisipasi dalam membagi berita dan foto yang terjadi di sekitar kota kraksaan seperti daerah patokan , semampir , Kandangjati kulon, sidomukti dan kraksaan wetan dan juga tidak menutup kemungkinan daerah daerah se-kabupaten probolinggo mari bersama memajukan kota kraksaan dan kabupaten probolinggo bersama sama kirimkan berita dan foto anda ke e-mail kraxsan.online@gmail.com trima kasih
Powered by Spiderizon, free backlinks.
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !