
kraksaan - kraksaan-onlie.com Tingkat pencurian kendaraan bermotor (curanmor) di Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, kini menyalip pencurian hewan (curwan). Itu terjadi mengikuti harga sapi yang sejak tiga bulan lalu terjun bebas, sementara harga daging sapi cenderung stabil.
Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Probolinggo, Djaeni, Senin (6/6/2011), mengakui hal itu. Menurut Djaeni, masalah anjloknya harga sapi tak hanya terjadi di daerahnya. Masalah ini juga terjadi Jatim dan daerah lain di Indonesia.
Padahal sebenarnya masalah ini sudah pernah dibicarakan oleh Gubernur Jatim Soekarwo.
"Bahkan gubernur sudah menginstruksikan, agar pedagang ternak sapi memperketat masuknya sapi impor yang bisa mengancam penghasilan peternak sapi lokal. Bahkan sapi impor tak boleh dijual di Jatim, karena harganya lebih murah dan sapinya lebih bagus. Hanya saja, instruksi itu belum maksimal," kata Djaeni.
Djaeni menduga, rusaknya harga ternak sapi di pasaran akibat permainan para pedagang sapi di tingkat nasional, regional, dan lokal, supaya sapi impor bisa berjaya.
Ia menyatakan, persoalan ini menjadi dilematis. Di satu sisi, untuk menekan kerugian peternak, pihaknya menerapkan aturan agar harga sapi ditentukan dengan menimbang berat badan. Namun sebagian peternak berbuat curang dan menggelonggong sapi, yang mengakibatkan ketika sapi ditimbang beratnya bertambah.
Sebelumnya, ungkap Djaeni, besaran harga sapi berdasarkan taksiran. Cara seperti ini sangat jelas merugikan petani, karena taksirannya sering jauh di bawah harga pasar. Kalau dulu, sapi bisa seharga Rp 3 juta, sekarang malah separuhnya. Ironisnya, kendati harga sapi turun, harga daging justru stabil di pasaran, yakni Rp 55.000 per kg.
"Saya tidak heran jika curanmor lebih meningkat ketimbang curwan. Maling sekarang enggan nyolong sapi, karena harganya murah," katanya.
Dinas Pertanian, lanjut Djaeni, tengah berupaya agar harga sapi tidak terlalu rendah. Salah satunya dengan meminta pabrik pengolah sapi terbesar di Jatim, PT Santori, yang berada di Kecamatan Tongas, Kabupaten Probolinggo, agar membeli sapi-sapi milik peternak lokal.
"Selain itu, kami menghimbau kepada peternak untuk menjual langsung kepada jagal sapi, agar harganya tidak terlalu jatuh. Lebih baik dijual kepada jagal daripada pedagang," katanya.
Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Probolinggo, Djaeni, Senin (6/6/2011), mengakui hal itu. Menurut Djaeni, masalah anjloknya harga sapi tak hanya terjadi di daerahnya. Masalah ini juga terjadi Jatim dan daerah lain di Indonesia.
Padahal sebenarnya masalah ini sudah pernah dibicarakan oleh Gubernur Jatim Soekarwo.
"Bahkan gubernur sudah menginstruksikan, agar pedagang ternak sapi memperketat masuknya sapi impor yang bisa mengancam penghasilan peternak sapi lokal. Bahkan sapi impor tak boleh dijual di Jatim, karena harganya lebih murah dan sapinya lebih bagus. Hanya saja, instruksi itu belum maksimal," kata Djaeni.
Djaeni menduga, rusaknya harga ternak sapi di pasaran akibat permainan para pedagang sapi di tingkat nasional, regional, dan lokal, supaya sapi impor bisa berjaya.
Ia menyatakan, persoalan ini menjadi dilematis. Di satu sisi, untuk menekan kerugian peternak, pihaknya menerapkan aturan agar harga sapi ditentukan dengan menimbang berat badan. Namun sebagian peternak berbuat curang dan menggelonggong sapi, yang mengakibatkan ketika sapi ditimbang beratnya bertambah.
Sebelumnya, ungkap Djaeni, besaran harga sapi berdasarkan taksiran. Cara seperti ini sangat jelas merugikan petani, karena taksirannya sering jauh di bawah harga pasar. Kalau dulu, sapi bisa seharga Rp 3 juta, sekarang malah separuhnya. Ironisnya, kendati harga sapi turun, harga daging justru stabil di pasaran, yakni Rp 55.000 per kg.
"Saya tidak heran jika curanmor lebih meningkat ketimbang curwan. Maling sekarang enggan nyolong sapi, karena harganya murah," katanya.
Dinas Pertanian, lanjut Djaeni, tengah berupaya agar harga sapi tidak terlalu rendah. Salah satunya dengan meminta pabrik pengolah sapi terbesar di Jatim, PT Santori, yang berada di Kecamatan Tongas, Kabupaten Probolinggo, agar membeli sapi-sapi milik peternak lokal.
"Selain itu, kami menghimbau kepada peternak untuk menjual langsung kepada jagal sapi, agar harganya tidak terlalu jatuh. Lebih baik dijual kepada jagal daripada pedagang," katanya.
sumber : http://regional.kompas.com/read/2011/06/06/17001144/Curanmor.Salip.Curwan
" Saya tidak heran jika curanmor lebih meningkat ketimbang curwan. Maling sekarang enggan nyolong sapi, karena harganya murah "

Kraksaan online memberikan hak bagi warga kraksaan dan sekitarnya untuk ikut berpartisipasi dalam membagi berita dan foto yang terjadi di sekitar kota kraksaan seperti daerah patokan , semampir , Kandangjati kulon, sidomukti dan kraksaan wetan dan juga tidak menutup kemungkinan daerah daerah se-kabupaten probolinggo mari bersama memajukan kota kraksaan dan kabupaten probolinggo bersama sama kirimkan berita dan foto anda ke e-mail kraxsan.online@gmail.com trima kasih
Powered by Spiderizon, free backlinks.
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !