Angin Kencang Hingga 19 Maret

Kecepatan angin hingga 54 Km per jam, warga dan nelayan diminta waspada

PROBOLINGGO - Bencana alam di Probolinggo datang silih berganti. Setelah ratusan rumah digelontor banjir bandang, kini giliran angin kencang sewaktu-waktu bisa menyapu permukiman.

“Angin kencang bakal bertiup hingga 19 Maret mendatang, warga terutama nelayan diminta waspada,” ujar Yoyok, staf operasional Badan Meterologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kelas II Tretes, Pasuruan, Kamis (15/3) pagi tadi.

Dikatakan angin kencang yang terjadi sejak Minggu (11/3) lalu, kecepatannya berkisar 5-54 kilometer (Km)/jam. “Memang tidak sekencang angin Januari lalu yang mencapai 60 kilometer, tetapi tetap saja membahayakan,” ujarnya.

Indikasi bahwa angin dengan kecepatan 5-54 Km/jam itu membahayakan ditandai dengan banyaknya pohon tumbang, rumah rusak, dan bagan (tempat penangkapan ikan di laut) ambruk.

“Angin kencang ini sebagai dampak siklon tropis Lua di perairan barat laut Australia. “Untuk lebih mudah bisa dikatakan, tekanan udara rendah di Australia memicu angin kencang hingga di Indonesia,” ujar Yoyok.

Korban angin kencang pun berjatuhan di Probolinggo, juga di Pasuruan. Di Kecamatan Pakuniran, Kabupaten Probolinggo, puluhan rumah dilaporkan rusak akibat disapu angin kencang.

“Dua desa, Alaspandan dan Sogaan memang paling parah disapu angin kencang,” ujar Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Probolinggo, Mashuri Effendi, Kamis (15/3) pagi tadi.

Di dua desa itu, lima rumah bahkan rata dengan tanah. Terinci, empat rumah milik Sugiono (40) dan Suyatin (43), warga RT 3/RW 7, Dusun Mungging, Desa Alaspandan. Rumah dari tembok tak kuasa menahan amukan angin sehingga roboh. Dua rumah lainnya yang rata dengan tanah merupakan bangunan semi-permanen, yang ditempati Ny. Kalis (47) dan Ny. Zubaida (47).

Sementara itu 12 rumah lainnya, juga di Alaspandan, bagian atapnya ambruk disapu angin. Termasuk rumah Sekretaris Desa Alaspandan, Suparmo (42) juga rusak atapnya.

Sejumlah rumah di Desa Sogaan juga rusak akibat diterjang angin. Di antaranya rumah Ny. Arini (56), Dusun Balangan, RT 2/RW 2, rumah Hul (55) bahkan roboh.

”Rumah yang rusak memang puluhan tetapi tidak ada korban jiwa,” ujar Camat Pakuniran, A.R. Qomarullah. Warga yang rumahnya rusak untuk sementara diungsikan di antaranya ditampung di Musala Al Hamid, Dusun Mungging, Desa Alaspandan.

Tidak hanya rumah, ratusan bagan yang dibangun nelayan di perairan Probolinggo dan Pasuruan juga rusak diterjang angin. Bangunan sederhana mirip gubuk itu terbuat dari batang-batang bambu yang dipancangkan di dasar laut.

Dari atas bagan –warga nelayan menyebut banjang- itu nelayan menjaring ikan yang bersarang di bawah bagan. Biasanya di malam hari untuk mengundang ikan datang, di atas banjang dipasang lampu petromaks.

Di Kecamatan Lekok, Kabupaten Pasuruan misalnya, diklaporkan dari 185 bagan, 87 di antaranya ambruk diterjang angin. ”Kerugian materialnya lumayan, karena untuk membuat sebuah banjang perlu biaya Rp 20 juta,” ujar Kepala Desa Tambak Lekok, Sudar Tohir Akbar. isa

sumber : http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=e7040eab64a24724666a4991fb077bd2&jenis=b706835de79a2b4e80506f582af3676a