Budaya Probolinggo ,
Jaran
Bodhag dalam terminologi bahasa Jawa “Jaran” berarti kuda dan “bodhak”
(bahasa Jawa dialek Jawa Timur, khususnya wilayah Timur) berarti wadah,
bentuk lain. Walaupun belum diketahui angka tahun yang pasti sejak kapan
kesenian “Jaran Bodhag” ini mulai diciptakan dan dikenal oleh
masyarakat kota Probolinggo, namun dari beberapa sumber diketahui bahwa
“Jaran Bodhag” diciptakan oleh orang-orang kota Probolinggo pada zaman
awal kemerdekaan.
Pada
waktu itu orang-orang Probolinggo, terutama orang-orang pinggiran dan
miskin mendambakan suatu seni pertunjukan. Seni pertunjukan yang populer
di kalangan masyarakat kota Probolinggo adalah “Jaran Kencak”, yakni
kuda (jaran) yang “ngencak” (menari). “Jaran Kencak” sebutan dalam
dialek lokal untuk menyebut “Kuda Menari”, sejenis pertunjukkan yang
menggunakan kuda yang dilatih khusus untuk menari dan dirias dengan
pakaian serta aksesoris lengkap.
Pada
kalangan masyarakat miskin, yang karena kemiskinannya mereka tidak
mampu memiliki atau menyewa kuda untuk “Jaran Kencak” ini, mereka
membuat modifikasi Jaran Kencak dengan jaran (kuda) tiruan. Terbuat dari
kayu menyerupai kepala kuda sampai leher, kemudian leher kuda kayu itu
disambung dengan peralatan lengkap dengan aksesoris mirip “Jaran Kencak”
asli, yang memungkinkan seseorang dapat berdiri di dalam dan
dikelilingi aksesoris kuda. “Penunggang” kuda seolah-olah naik kuda,
padahal ia berdiri dan berjalan (dengan kaki sendiri ) dengan menyangga
leher kepala kuda lengkap dengan aksesorisnya sehingga dari jauh mirip
orang yang naik “Jaran Kencak” itulah yang disebut dengan “Jaran
Bodhag”.
Pada
saat ini “Jaran Bodhak” masih populer di kalangan masyarakat kota
Probolinggo. Dan kesenian ini biasanya digunakan untuk mengiringi dan
mengarak acara hajatan, pernikahan, khitanan, dan sebagainya. Menurut
Bpk. Priyono bentuk penyajian kesenian ini adalah arak-arakan di jalan
maupun di halaman rumah. Kesenian ini tumbuh dan berkembang di mayarakat
Probolinggo yang sampai sekarang masih aktif untuk mengadakan kegiatan
pembinaan dan pementasan. Penyajian kesenian ini diiringi dengan musik
tradisional yang terdiri dari kenong, gong, kendang, dan sronen. Jaran
Bodhag dibawa oleh dua orang dengan sebutan janis dan penunggang jaran.
Dalam penyajiannya juga ditampilkan tembang-tembang tradisi khas Jaran
Bodhag dengan pakaian penuh gemerlapan, menarik, unik, yang didesain
sendiri oleh pemiliknya dengan segala kemampuan estetiknya. Siapapun
bisa naik Jaran Bodhag, karena gerakannya tidak rumit, tinggal mengikuti
irama yang muncul dari musik kenong telo’. Keberadaan kesenian Jaran
Bodhag ini merata diseluruh Kecamatan Kota Probolinggo.
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !